Adakah masalah dengan Indonesia? –(Surat Terbuka untuk Siapapun)–


Setujukah Anda jika Indonesia saat ini sedang ada masalah? Apakah Indonesia baik-baik saja? Jika ada masalah, apa masalah yang sedang dihadapi dan terjadi di Indonesia? Seberapa penting masalah itu bagi kita? Apa imbas masalah itu bagi kita? Lalu, apa kontribusi kita atas masalah yang terjadi tersebut? Apakah kemudian kita lebih baik berpikir bahwa Indonesia sedang tidak ada masalah saja daripada kita harus dipusingkan dengan masalah tersebut? Jika Indonesia bermasalah, siapa yang bertanggung jawab atas masalah tersebut? Siapa yang harus turut andil untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Jangan-jangan, selama ini kita tidak pernah memikirkan Indonesia? Atau, bahkan, kita tidak pernah sadar menjadi bagian dari bangsa Indonesia? Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, seberapa pentingkah Indonesia bagi kita? Sadarkah kita bahwa kita adalah Warga Negara Indonesia? Mempunyai Kartu Tanpa Penduduk sah tercatat sebagai penduduk dan bagian masyarakat Indonesia? Yang, untuk sebagian warga belahan dunia di luar Indonesia, terasa sulit untuk mendapatkan kewarganegaraan itu? Hah, emang apa gunanya KTP berlebel atau bermerek Indonesia itu?

Lalu, tahu dan sadarkah kita atas hak dan kewajiban kita sebagai bagian dari Indonesia? Pernahkah kita berpikir, jika tidak ada Indonesia apa efeknya bagi kita? Jangan-jangan, kita bahkan acuh dan tak pernah kenal yang namanya Indonesia?

Apa itu Indonesia? Siapa pemilik Indonesia? Siapa yang harus mengurusi Indonesia? Siapa yang peduli dengan Indonesia? Mengapa harus ada Indonesia? Mengapa Negara ini namanya Indonesia? Mengapa pula susah-susah dengan Indonesia? Bagaimana Indonesia ada dan tetap diperlukankah Indonesia ke depan? Bagaimana dan kapan Indonesia harus menjadi Indonesia? Kapan Indonesia kita butuhkan? Kalau Indonesia bubar? Kapan Indonesia membutuhkan kita? Pernahkah kita menyatakan diri sebagai orang Indonesia? Emang Indonesia pernah mengakui kita jadi orang Indonesia?

Lho, emang dimana toh Indonesia itu berada? Di KTP kita? Di lambang partai kita? Di saku kantong kita? Di dashboard mobil kita? Di kayu bakar yang kita buat masak air tiap hari itu? Di kepulan asap rokok yang kita hirup-tiup tiap nafas kita? Atau katut dalam ‘tai’ yang kita buang tiap pagi dan petang hari itu? Ikhlaskah kita jika Indonesia turut tertelan bersama ‘tai’ kita dalam septiteng WC rumah kita?

Hayo, siapa yang tahu jawaban, mengapa Indonesia itu merah putih? Bendera aja harus merah putih? Apa bedanya merah dan putih kita dengan Negara lain? Apanya toh yang Indonesia harus merah putih? Apa pula alasan kita harus upacara terus hormat sama Merah Putih itu? Kain popok, bahkan celana dalam kita pun merah putih toh? Beha para penjaja cinta itu juga kayaknya ada yang merah putih!

Hehe… apakah kalau kita sudah sibuk kanan-kiri, rapat tiap hari di kursi penting sana, pakai baju abu-abu atau loreng-loreng, ngomel dan hujat sana-hujat sini di media yang dibaca atau ditonton orang sedunia, terus kita dikatakan ‘Indonesia’? Kalau gitu, kita tawuran antar desa, bacok-bacokan sama tetangga kita, adu mulut sama lawan politik kita, tinju-tinjuan di gedung terhormat, terus Indonesia kita umpetin di bantal bekas ngiler kita dirumah? Apa-apaan pula itu Bhineka Tunggal Ika, yang jadi landasan budaya sosial Indonesia? Kan, carok dan perang antar suku juga kultur kita, berarti diakui dong oleh Indonesia…

Terus, kalau kita sudah demo tiap hari, yang katanya memperjuangkan Indonesia, terus kita dibilang peduli Indonesia? Bersedia berubahkah Indonesia untuk kita? Emang pas kita kehausan gara-gara teriak-teriak terus Indonesia ngasih kita minum? Pas kita kepanasan, Indonesia ngasih payung?

Huh! dimana pula Indonesia kau taruh kala kau sedang geber motor dalam konvoi partai kau? Pas jotos-jotosan ama pendukung partai lain, ikut terbangkah Indonesia di asap kenalpot dan cucuran darah habis kena jotos itu? Emang, seberapa berharganya darahmu untuk Indonesia? Bukannya yang kau bela itu baju luntur harga 8.000-an plus 20.000 uang bensin itu? Enak aja sebut-sebut Indonesia!

Terus, yang bilang Indonesia punya masalah. Pernahkah kita berpikir Indonesia jika kita sudah nonton si Tukul di televisi itu? Ditaruh mana Indonesia kalau pas kita nonton Bokep (blue film) itu? Pas kita nonton dangdutan? Kalau kita sedang lihat para politisi, pejabat, konglomerat, pengamat, sampai orang melarat di televisi, emang bisa dikatakan sedang ingat Indonesia? Diumpetin dimana Indonesia ketika kita lagi nonton asyik tengah malam sepak bola Inggris, Belanda, atau Piala Dunia?

Digembok dilaci mana Indonesia, ketika kita sedang bercumbu dengan pacar atau istri tercinta kita? Dimana cinta kita buat Indonesia? Ah, apalagi kalau sudah kelelahan dan terlelap setelah bercinta, setelah orgasme pemuasan nafsu kita, keluar bersama mani/sperma atau diselipin dimana coba Indonesia?

Di pajang dimana Indonesia ketika kita sedang ke Masjid, ke Gereja, ke Wihara, ke Pura, ke Klenteng, atau di bawah pohon tua berhari-hari? Kau tinggal di rumah ya? Atau kau panas-panasin di tiang depan teras bersama kain merah putih itu? Dibuang kemana Indonesia ketika kita sedang bermesraan dengan agama dan Tuhanmu?

Penting po bahas ginian? Urgen ta menjawab pertanyaan ini? Gila kaleee…!!?

Eh, aduh, tak taruh mana pula ya dompet yang ada KTP Indonesianku! Lupa aku! Wah, kayaknya kebawa ama SPG yang tadi malam ku pake itu deh. Apa kemaren malam, pas aku mabuk oplosan Topi Miring dan Vodka plus lapen itu dibawa Si Deski, waria yang menemaniku ya… Wah, lenyaplah Indonesiaku! –Misbah Munir—

(Kalau ini dianggap juga Ngendonesia, kuanggap ini Surat Terbuka untuk Presiden, Wakil Presiden, Anggota DPR-MPR, Polisi, Tentara, Petani, Buruh, Guru, Dosen, Profesor, Pakar Biologi, Pakar Seksual, Ibu yang sedang hamil, waria yang lagi nggambreng, adik-adiku yang sedang menengadahkan tangan diperempatan lampu merah, remaja yang sedang bercinta, yang maniak facebook, atau siapapun yang merasa Indonesia)

(ide ini muncul sepulang saya mengikuti diskusi yang keluar serta merta dalam Pengajian Mocopat Safaat, Padhang Mbulan, asuhan Emha Ainun Najib, di Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 17 April 2009)

One response to this post.

  1. sip bagus suratnya..itulah indonesia kang..heheheee

    Balas

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: