Miris: Fakta Indekos dan Pergaulan Bebas di Jogja!


ilustrasi: benarkah yang terjadi seperti ini di Jogja yang katanya kota pelajar itu?

Pengalaman menarik ditemui penulis dalam beberapa kesempatan, yang semakin mengukuhkan hipotesis bahwa model pergaulan remaja di Yogyakarta cukup “bebas”. Pada suatu waktu, penulis menemukan alat-alat tes kehamilan berceceran di bilangan Jalan Babarsari.

Tak berselang lama, sebuah kabar menyatakan ditemukan banyak kondom yang menyumbat saluran air toilet di suatu fakultas. Terakhir, kabar yang tak kalah mencengangkan lagi, pada saat malam tahun baru kemarin, penjualan kondom di apotek-apotek meningkat drastis. Yogyakarta adalah kota pelajar. Banyak remaja yang datang untuk menuntut ilmu. Implikasinya, budaya masyarakat setempat untuk menyediakan jasa indekosan atau pondokan.

Sudah menjadi rahasia umum, kepedulian pemilik indekos terhadap aktivitas penyewa indekos menyebabkan ruang gerak tak pernah bisa diidentifikasi. Sederet alasan klasik yang mengemuka adalah menjaga privasi anak kos. Namun, argumen tersebut tak lebih dari cara pemilik untuk memasarkan kamar inde-kosannya. Tak bisa dibantah, preferensi yang berkembang dalam pembicaraan anak-anak rantau (terutama laki-laki) bahwa inde-kosan dengan peraturan yang cukup mengekang cenderung ditinggalkan. Beberapa konstruksi jender yang membedakan aturan antara laki-laki dan perempuan di pondokan.

Aturan yang berlaku pada pondokan perempuan biasanya lebih ketat. Berbeda halnya dengan pondokan laki-laki yang jauh lebih longgar, misalnya tidak adanya peraturan jam malam, bahkan “diperkenankan” tamu perempuan masuk kamar! Maka, tak heran dalam perkembangannya pergaulan antarlawan jenis di Yogyakarta, terutama di lokalisasi indekosan seperti daerah Seturan, Babarsari, dan Jalan Kaliurang, semakin bebas.

Aktivitas di indekosan sudah mengalami pergeseran, tidak lagi hanya berkutat pada diskusi, belajar kelompok, mendengarkan radio, atau melihat TV. Remaja sekarang sudah biasa melakukan kegiatan di luar norma kesusilaan, mulai dari nonton film biru sampai mabuk-mabukan, bahkan tak jarang “hang out” ke diskotek-diskotek atau “shaker-shaker (pencampur aneka minuman beralkohol). Aktivitas-aktivitas tersebut hanya “perangsang”, tahap selanjutnya adalah tindakan-tindakan kriminal yang sering bertebaran di media massa.

Pembunuhan keji, aborsi, perdagangan obat terlarang, perampokan, dan lain sebagainya adalah “output” dari kebebasan di indekosan yang kebablasan. Hendaknya fenomena “indekosan” ini ditangkap dengan sigap oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten, untuk segera memberlakukan peraturan yang menertibkan secara jelas dan tegas.

Ruang abu-abu (“grey area”) akan memunculkan keleluasaan elemen masyarakat tertentu untuk melakukan tindakan main hakim sendiri yang cenderung anarkis, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Beragamnya masyarakat terdiri atas berbagai kelompok dengan pluralisme gaya hidup dan aneka orientasi nilai multikultural, mendesak segera diberlakukannya sebuah peraturan perundang-undangan sebagai institusi mencari keadilan. Sebagaimana yang dituturkan Jurgen Habermas, dalam terpaan badai relativisme nilai-nilai dan meningkatnya risiko disensus dalam masyarakat, hukum dipandang sebagai sabuk pengaman terakhir bagi integritas sosial.

Mengacu pada konsep Habermas, hukum harus dipahami dalam konteks teori komunikasinya. Dalam artian, hukum di satu pihak mampu membuka ruang bagi tindakan-tindakan strategis, sehingga hukum memang dapat dijadikan alat paksa. Di samping itu, hukum pun harus dihasilkan dari konsensus rasional (harus “legitimate”). Dengan posisi tengahnya ini, hukum tidak hanya dapat dipahami dalam wawasan bahasa moral dan bahasa pergaulan yang dipakai oleh masyarakat luas, melainkan juga bahasa sistemis yang dipakai oleh negara dan pasar.

oleh ARIA GANNA HENRYANTO Mahasiswa Fakultas Ekonomi, UGM Yogyakarta, dimuat oleh Kompas, edisi Rabu, 22 Februari 2006.

15 responses to this post.

  1. Sudah dari 2002 mas, ada penelitian 99,99% mahasiswi Jogja tidak perawan lagi..
    meski salah pengambilan sample atau hanya cari sensasi, tetapi buahnya yang mas sajikan sekarang.
    sejak 2004 muncul klub malam yang bertaburan, pulang dugem cewek mabuk dan langsung berhubungan intim. ini hanya satu contoh..
    penyebabnya menurut saya input mahasiswa baru di jogja sudah berbeda, kaum yang sederhana dan benar-benar ingin kuliha hanya sedikit..
    yang banyak kaum borjuis yang bagi mereka uang tidak masalah..
    bisa dilihat parkir motor dan mobil UGM makin sempit, padahal jumlah mahasiswa satu kampu tidak berbeda jauh..
    dimulai dari angkatan 2004 ke atas..
    gitu pendapat saya mas

    Balas

    • Posted by bernad on 27 Januari 2013 at 10:04

      saya sangat prihatin, saya salah satu orang tua yang semula berkeinginan anak perempuan saya bisa study di kota yogya,…ada beberapa rekan saya mengingatkan yogya memang kota pelajar…namun mereka meminta saya untuk hrs mempertimbangkan kembali keinginan itu…mengingat ada fenomena yogya yang freesex….menurut saya ini karena pemerintah kota yogya ga peduli dg kehidupan sosial yang ada di yogya…nyaris sistem kependudukannya mungkin ga jelas…hai pemerintah yogya aturlah kota yogya dengan serius….beri jaminan rasa nyaman bagi orang2 yang memang mengagumi yogya bukan utk freesex…..

      Balas

  2. Posted by Dita on 5 Juli 2009 at 13:47

    Miris mas…dulu saya SMA di Jogja jg ngliat temen2 banyak yg udah kacau…udah kayak Jakarta aja…apa anak2 luar Jogja yg ngracunin?? Entahlah….

    http://pramuditaaulia.web.id

    Balas

  3. hai salam kenal artikelmu udah ada di

    http://jawa.infogue.com/miris_fakta_indekos_dan_pergaulan_bebas_di_jogja_

    gabung yuk n promosikan artikelmu di infoGue.com. Salam.

    Balas

  4. Saya sudah mendenger mengenai ini sejak beberapa tahun yang lalu, tapi sampai saat ini belum pernah liat faktanya. mungkin nanti sesekali coba jalan2 kesana sambil cari2 tau

    Balas

  5. Bener tu kata mas Dita…. Remaja Jogja? Remaja Jogja yang mana nie maksudnya? Remaja Jogja asli apa yang pendatang? Kalo yang asli Jogja saya yakin ngga akan begitu, karena unggah-ungguh dan adat-istiadat meskipun sedikit kendor tapi tetap masih dipegang teguh. Ngga kaya’ para pendatang yang setelah sampai ke Jogja seperti kuda lepas dari kandangnya…..

    Balas

  6. Posted by FUCK ME...!!! on 31 Juli 2009 at 05:57

    HEY YOU….!!!!!!!!!!!!!!!

    STOP MENCEMARKAN NAMA BAIK KOTA JOGJA…!!!!

    LIHATLAH SISI LAIN DARI KOTA ITU SENDIRI, DIMANAPUN JUGA GAK CUMAN DI JOGJA, SEMUANYA SAMA….!!!!

    Balas

  7. Posted by rifat haikal on 15 September 2009 at 09:00

    “YUK MARI KITA CEGAH SEMUA ITU”

    Balas

  8. Dunia memang sudah edan!

    Balas

  9. Posted by raya on 27 Oktober 2009 at 05:51

    WARGA YOGYA SENDIRI GIMANA TANGGAPANYA…………………………….

    Balas

  10. Posted by septa on 8 Maret 2010 at 14:18

    bila ada info info data statistik tentang pergaulan bebas di Jogja, saya dikabari ya.

    saya sekarang sedang kampanye bebas pergaulan bebas. perlu data data yang terkait.

    makasih sebelumnya.
    salam.
    septa.

    Balas

  11. Posted by rdho on 13 Maret 2010 at 12:11

    wlaahh………gmna tuch mmbenahinya..
    da cra browww……….?

    Balas

  12. Posted by Sara on 6 April 2010 at 17:23

    iya lo…kalo anak jogjanya masih banyak yg dalam pengawasan ortu kok……yang ngekost khan malah dari luar jogja to banyaknya?? hayooo……

    Balas

  13. Posted by wend on 15 April 2010 at 09:31

    sing sabar yo mas, sex bebas di jogja itu gak cuma sekarang lho, wes kawit wingi uni, dulu kalo gak percaya tanya aja ama para abdi dalem wanita di baluwerti, cuma ae ada yang vulgar ada yang bernuansa ” art “, dadi yo jangan kaget yo mas yo

    Balas

  14. Posted by Blackrose on 8 September 2010 at 15:40

    Kalian percaya apa gx trserah?
    HUKUM KARMA ITU ADA…
    Jadi apa yg kalian lakulan pzti akan dpet balasan nanti nya…
    Pikir dlu ae sblum nglakuin, jngn ampe nyesel nanti ne…

    Balas

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: