
Mishbahul Munir
“Tetapi di sisi yang lain, pemberitaannya tak sesuai porsi yang ada,” kata Mishbahul Munir, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Menurutnya, sajian televisi mengedepankan penderitaan tiada henti. “Jangan berlebihan mengungkap penderitaan, ini akan menimbulkan beban berat terus-menerus. Ubah dengan ragam motivasi. Semoga rekonstruksi fisik dan mental saudara kita cepat pulih,” ujarnya. (Seputar Indonesia – Sindo, Rubrik Pendidikan, Kolom Akademia, edisi Kamis, 15 Oktober 2009).
Posted by richocean on 15 Oktober 2009 at 07:37
bisa ya, bisa tidak… krn standar “berlebihan” tafsirannya sepertinya cukup relatif …. yg penting juga adalah cara menyikapinya namun memang tayangan pembangun semangat sangat diperlukan… sepertinya seiring dengan proses mitigasi gempa, saat ini sudah mulai didominasi tayangan kelanjutan kehidupan pasca gempa, seperti PMI, psikolog2 anak, dlll .:lol:
silahkan ke blog saya Richocean tentang Wajah Raja Gempa Dunia di GOOGLE EARTH
atau blog saya lainnya Richmountain
salam …
Misbah says: Terimakasih Pak Richo atas masukannya. Itu adalah komentar saya hasil wawancara dan dimuat di Sindo. Sebenarnya banyak yg saya sampaikan ketika wawancara, namun, yg muncul itu saja. Tapi tak apalah, daripada tak muncul sama sekali.
Secara garis besar, sudah seharusnya, para awak media, terutama televisi yang paling banyak pengaruhnya terhadap masyarakat kita, untuk segera mencari format pemberitaan atau tayangan yang lebih memberikan semangat untuk rekontruksi. Kalau kita lihat saat ini, theme song pembuka acaranya aja udah buat penonton merinding. Belum lagi rekaman atau foto-foto para korban yang terlihat tragis. Yah, semoga saja kita tak berlarut-larut dalam duka, dan para korban segera bangkit menapaki kehidupan mereka yg lebih baik.
Terimakasih.
Posted by alamendah on 15 Oktober 2009 at 10:23
(maaf) izin mengamankan KEDUA dulu. Boleh kan?!
Mari tunjukkan kepedulian kita!
Posted by romailprincipe on 18 Oktober 2009 at 07:12
Betul, seperti gempa Jogja dulu, tidak terlalu banyak meliput dari sisi penderitaan, justru lebih kepada pemulihan
Salam