Fotografi: Antara Seni dan Tanggung Jawab Sosial!


Kemarin, saya mendapatkan sebuah message di FB saya dari seseorang, yang memberikan komentar akan salah satu foto saya. Begini komentarnya:

ini foto yang beliau kritik itu...

“Melihat foto ‘Nek Nginah dan Kepulan Asap Dji Sam Soe Kretek’, saya sangat sedih, sebelummya saya pernah hapus gambar itu ada di data anak SMP. Dalam hati saya siapa ya yang ngambil gambar ini kok tega-tega nya, ini orang tua loh, saya sebagai orang Indonesia jadi malu, yang tuanya ajah seperti ini, gimana generasi mudanya ya…”

Begitu komentarnya. Saya pun sempat terkaget dan bingung. Kenapa beliau (yang berkomentar) ini sampai segitunya? Saya jadi ingat akan fenomena UU pornografi yang sekarang masih tarik ulur antar berbagai pihak. Akankah, foto nenek merokok disamakan pula dengan pornografi ini? Apakah merokok itu memancing ulah maksiat? Akankah dengan menyimpan foto seorang nenek merokok, si anak SMP itu juga akan terpengaruh ikut-ikutan merokok pula?

Ataukah, dengan di fotonya orang tua (nenek) Indonesia sedang merokok, Indonesia mendapatkan malu? Apakah image Indonesia akan buruk dengan warganya ada yang merokok? Kenapa tidak pabrik rokoknya saja yang ditutup, biar satupun orang Indonesia tidak bisa merokok sekalian?

ini, saya malah menemukan foto yang malah lebih parah di salah satu kumpulan foto seseorang di FB. entah siapa yang membuatnya!

Sebagai seorang fotografer, bingung saya. Dimana kesalahan foto ini? Muncullah pertanyaan saya, apakah fotografi yang mengagungkan seni itu punya tanggung jawab sosial di masyarakat seperti layaknya pornografi? Haruskah foto seorang nenek merokok diidentikkan dengan foto telanjang seorang artis?

Namun, setelah saya mencoba untuk mendiskusikannya ke beliau langsung melalui message FB, rupanya kegundahan beliau lebih didasarkan atas ketakutan beliau pada kebobrokan mental generasi muda bangsa Indonesia. Sungguh mulai tujuan itu. Beliau sangat berharap, orang tua dan dewasa bisa memberikan contoh yang terbaik bagi generasi mudanya. “Kalau orang yang lebih dewasa dan tua saja merokok, mereka yang masih bau kencur pun akan mengatakan; “ah, mereka aja yang tua merokok tak apa-apa kok, kenapa kami tak boleh?” begitu jelas pengirim pesan ini padaku.

Lalu, apa pendapat Anda? Mohon masukan dan diskusinya ya… (Misbahul Munir Photography)

2 responses to this post.

  1. “great power comes great responsibility”.. kata nenek-nya Peter Parker ..

    tidak semua orang memiliki kearifan yg sama dlm menyikapi. apalagi bangsa kita masih heterogen , masih bnyk yg kolot .. masih ikut2an .. masih dll. menurut saya , pintar2 para fotografer handal yg ‘great power’ ini utk meletakan sesuatu.

    Balas

  2. Fotografer memotret kenyataan yang dianggap cantik dan indah di kamera. Tidak ada cerita foto nenek merokok menyebabkan anak-anak merokok, mereka merokok karena ikut-ikutan teman, jaga gengsi, biar gaul, biar kelihatan nakal dan pemberani.
    Kalau ingin generasi muda tidak merokok ya ayah ibu di rumah jgn merokok. Guru di sekolah tidak merokok. Rokok tidak boleh dibeli umur kurang dari 17 tahun.
    Oke lah bagi saya foto nenek merokok itu artistik, demikin juga foto nenek minum bir nyleneh, unik. Bukan berarti terus saya jadi ingin merokok dan minum bir. Terlalu naif jika foto bisa mengubah atau menyebabkan suatu peri laku kecuali foto porno . Itu pun ketika melihat foto porno si pengakses sdh punya niat tertentu sblm melihat foto. Begitu… Mas… Teruslah berkarya…

    Balas

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: