
ini hanya sekedar review dari pengalaman saya selama menjadi editor dan layouter beberapa jurnal maupun prosiding..
“Pertama, tak banyak para penulis artikel ilmiah yang bisa menulis dengan tata tulis yang baik dan benar. Kalangan yang lebih banyak menulis tulisan ilmiah adalah dari kalangan mahasiswa, dosen, maupun peneliti bukan akademisi (seperti lembaga peneliti independen, lembaga pemerintahan, atau perusahaan). Tata tulis ini termasuk pula penggunaan tanda baca. Banyak sekali tanda baca yang digunakan tidak pada tempatnya, seperti tanda koma (,), titik dua (:), tanda sambung-ulang (-), dan lain sebagainya.
“Kedua, soal penggunaan bahasa (terutama Indonesia) yang baik dan benar. Hingga saat ini, para penulis artikel ilmiah inilah yang banyak mempengaruhi bahasa Indonesia dengan bahasa serapan yang belum baku. Mungkin, bagi mereka bahasa serapan tersebut sudah biasa digunakan dalam kehidupan ‘ilmiah’ mereka. Namun, mereka asal pakai dan serap tanpa mau susah untuk mencari padanan kata tersebut di Kamus Bahasa Indonesia yang pernah ada. Sehingga, inilah yang menjadi penyebab kian banyaknya bahasa ‘asing’ yang masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
“Ketiga, mayoritas penulis artikel ilmiah tidak bisa Baca lebih lanjut
recent comments